AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI (FRAMEWORK)
AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI
DOSEN : QOMARIYAH
TEMA: FRAMEWORK
PEMBAHASAN
Capability
Maturity Model Integration (CMMI) adalah
model peningkatan proses yang bertujuan membantu organisasi dalam
meningkatkan kinerja. CMMI dapat menjadi acuan peningkatan proses bagi
penyediaan produk dan layanan di tingkat proyek. CMMI terdiri atas
kumpulan best practices y ang
menggambarkan karakteristik dari sebuah peningkatan proses yang efektif .CMMI
pada awalnya dikenal sebagai Capability Maturity Model (CMM) yang dikembangkan
oleh Software Enginnering Institute di Pittsburgh pada tahun 1987. Namun
perkembangan selanjutnya CMM menjadi CMMI. CMMI mendukung proses penilaian
secara bertingkat. Penilaiannya tersebut berdasarkan kuisioner dan dikembangkan
secara khusus untuk perangkat lunak yang juga mendukung peningkatan proses.
CMMI adalah suatu pendekatan perbaikan proses yang memberikan unsur-unsur
penting proses efektif bagi organisasi. Praktik-praktik terbaik CMMI
dipublikasikan dalam dokumen-dokumen yang disebut model, yang masing-masing
ditujukan untuk berbagai bidang yang berbeda
Dengan adanya CMMI kita
dapat mengukur seperti halnya berikut ini :
·
Bagaimana kita mengetahui jika kita sudah
berkembang ?
·
Bagaimana kita mengetahui jika proses yang
telah digunakan berjalan dengan baik ?
·
Bagaimana kita mengetahui jika merubah
kebutuhan proses yang dilakukan akan berguna?
·
Bagaimana kita mengetahui jika produk yang
dibuat dapat lebih baik dari yang lain?
Kegunaan CMMI bagi
perusahaan, antara lain :
·
Untuk mengukur tingkat kematangan dari suatu
perusahaan atau organisasi pengembang perangkat lunak.
·
Sebagai alat bantu sebagai alat uji-kinerja
atau benchmarking dengan perusahaan atau organisasi
lain.
·
Pemberi arah untuk top management untuk
meningkatkan kinerja pada sebuah perusahaan/organisasi pengembang software.
·
Meminimalisir adanya resiko dalam pembangunan
sebuah software.
·
Implementasi CMMI yang tepat d meningkatkan
kinerja organisasi dari sisi biaya, waktu, mutu, kepuasan pelanggan dan return
on investment (ROI).
2.2
Maturity Level CMMI
Beberapa tahapan level yang
ada pada CMMI adalah sebagai berikut :
1. Maturity
Level 1 – Initial
Secara umum, organisasi
yang berada pada level 1 adalah organisasi yang belum menjalankan CMMI. Tidak
terdapatnya proses yang standar dalam pengembangan IT, banyak perubahan yang
bersifat ad-hoc (begitu terdapat defect, langsung di coba diperbaiki tanpa melihat
penyebab utama secara menyeleruh) dan sangat sedikit kontrol. Organisasi
semacam ini umumnya sangat tergantung terhadap orang, tidak tergantung kepada
sistem. Organisasi tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk
mendukung proses. Sukses ditentukan oleh kompetensi orang-orang dalam
organisasi. Walaupun mampu menghasilkan produk atau layanan yang baik,
namun proyek melebihi anggaran ataupun tenggat waktu yang dijanjikan. Sering
kali pada level ini menemukan beberapa krisis seperti, kelebihan budget yang
telah disusun dan juga tidak konsisten pada proyek yang lainnya. Dan pada
level ini memiliki beberapa ciri khas seperti berikut ini:
·
Tidak adanya manajemen proyek.
·
Tidak adanya quality assurance.
·
Tidak ada dokumentasi.
·
Sangat bergantung pada kemampuan individual.
2. Maturity
Level 2 – Managed
Pada level ini sebuah
organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2.
Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses yang terjadi
saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang berada
pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan tugas
masing-masing. Setiap orang terlibat aktif pada proses yang membutuhkan. Dan
semua pekerjaan yang berhubungan dengan proses yang terjadi saling menyesuaikan
diri agar dapat diambil kebijakannya. Dan fokus pada tahap ini adalah pada
project management dan sudah bukan pada pengembangan pada sistem lagi. Dalam
proses pengembangan sistem akan selalu diikuti dan akan berubah dari project ke
project yang lainnya. Dan hasil dari pekerjaannya merupakan memonitor,meninjau
serta memberikan evaluasi untuk menjaga konsistensi pada informasi yang telah
diberikan. Dan repeatable ini memiliki ciri sebagai berikut:
·
Kualitas software mulai bergantung pada
proses bukan pada sumber dayanya.
·
Ada manajemen proyek sederhana.
·
Ada quality assurance sederhana.
·
Ada dokumentasi sederhana.
·
Ada software configuration manajemen
sederhana.
·
Tidak ada komitmen untuk selalu mengikuti
SDLC dalam kondisi apapun.
·
Rentan terhadap perubahan struktur
organisasi.
3. Maturity
Level 3 – Defined
Pada
level ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada
Level 2 dan Level 3. Proses dilihat dengan terjadinya penyesuaian dari kumpulan
proses standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada organisasi
tersebut, menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah informasi lain
menjadi milik organisasi.
Dari hasil penggunaan
proses standard tadi maka akan menghasilkan hasil yang konsisten dan terdokumentasi
dengan kualitas yang baik dan layak untuk dikirim. Proses ini sudah bersifat
stabil dan terprediksi dan dapat diulang. Dan pada proses ini memiliki ciri
sebagai berikut:
·
SDLC (System Development Life Cycle) sudah
dibuat dan dibakukan.
·
Ada komitmen untuk mengikuti SDLC dalam
keadaan apapun.
·
Kualitas proses dan produk masih sebatas
hanya kira-kira saja.
·
Tidak menerapkan Activity Based Costing.
4. Maturity
Level 4 – Quantitatively Managed
Pada
level ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang
ada pada Level 2, 3, dan 4. Proses yang terjadi dapat terkontrol dan ditambah
menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk
kualitas dan kinerja proses ditetapkan dam digunakan sebagai kriteria dalam
manajemen proses. Perhitungan yang rinci dari standard proses pengembangan
sistem dan kualitas produk secara rutin akan dikumpulkan dan di simpan dalam
database. Terdapat suatu usaha untuk mengembangkan individual project
management yang didasari dari data data yang telah dikumpulkan. Pada level ini
memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
·
Sudah adanya Activity Based Costing dan
digunakan untuk mengestimasikan untuk proyek berikutnya.
·
Proses penilaian kualitas perangkat lunak dan
proyek bersifat kuantitatif.
·
Terjadi pemborosan biaya untuk pengumpulan
data karena proses pengumpulan data masih dilaukan secara manual.
5. Maturity
Level 5 – Optimized
Pada level ini suatu
organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada di Level
2, 3, 4, dan 5. Proses ini merupakan level terakhir pada CMMI Maturity level
dan pada proses ini pengembangan sistem yang telah distandardisasikan akan terus
di monitor dan dikembangkan terus yang didasari perhitungan dan analisis data
yang telah dibentuk pada level sebelumnya. Dan pada level ini perusahaan atau
suatu organisasi telah mencapai seluruh tujuan yang ada pada level sebelumnya
dan akan berfokus pada peningkatan proses dan juga merubah teknologi yang
terbaik untuk digunakan dalam menunjukan aktivitas yang diperlukan dalam
pembangungan maupun pengembangan sebuah sistem dan beberapa ciri dari level
terakhir ini adalah sebagai berikut:
·
Pengumpulan data sudah dilakukan secara
secara otomatis.
·
Adanya mekanisme feedback yang sangat baik.
·
Adanya peningkatan kualitas dari SDM dan
peningkatan kualitas proses.
Overview
mengenai ITIL Framework ITIL atau Information
Technology Infrastructure Library, merupakan sebuah framework yang dibuat
dan dikembangkan oleh Office of Government Commerce (OGC) di Inggris. ITIL
merupakan kumpulan dari best practice tata kelola layanan teknologi informasi
diberbagai bidang dan industri, dari mulai manufaktur sampai finansial,
industri besar dan kecil, swasta dan pemerintah. Dalam perkembangannya ITIL
telah mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya teknologi informasi.
Pada awal perkembangannya, dokumentasi ITIL terdiri dari kurang lebih 40 publikasi
yang terbagi kedalam modul-modul terpisah, setelah itu untuk simplifikasi serta
kemudahan implementasi ITIL dibagi kedalam 7 domain yang masing-masing saling
berhubungan dan dapat berdiri sendiri. Dalam perkembangan fase ini atau
sekarang disebut juga dengan ITIL versi 2, domain Service Support dan Service
Delivery dijadikan sebagai CORE dalam tata kelola layanan teknologi informasi
atau IT Service Management.
Versi terakhir dari ITIL adalah versi 3. Perubahan mendasar pada versi ini terletak dari sudut pandang pengelolaan IT, dimana pada versi 2 ITIL mengelola layanan sebagai sekumpulan proses dan fungsi sementara dalam ITIL versi 3 layanan sebagai sebuah lifecycle / daur hidup.
ITIL mendukung pernyataan bahwa layanan IT harus selaras dengan kebutuhan bisnis dan mendukung inti dari proses bisnis yang dijalnkan. ITIL pada dasarnya memberikan panduan kepada organisasi tentang bagaimana menggunakan IT sebagai alat untuk memfasilitasi perubahan bisnis, transformasi dan pertumbuhan Praktik terbaik ITIL saat ini adalah dalam mericnci lima hal inti yang menyediakan pendekatan yang sistematis dan profesional untuk pengelolaan layanan IT, memungkinkan perusahaan untuk memberikan layanan yang tepat dan secara terus-menerus memastikan bahwa perusahaan memenuhi tujuan bisnis dan memberikan manfaat ke pelanggannya.
Versi terakhir dari ITIL adalah versi 3. Perubahan mendasar pada versi ini terletak dari sudut pandang pengelolaan IT, dimana pada versi 2 ITIL mengelola layanan sebagai sekumpulan proses dan fungsi sementara dalam ITIL versi 3 layanan sebagai sebuah lifecycle / daur hidup.
ITIL mendukung pernyataan bahwa layanan IT harus selaras dengan kebutuhan bisnis dan mendukung inti dari proses bisnis yang dijalnkan. ITIL pada dasarnya memberikan panduan kepada organisasi tentang bagaimana menggunakan IT sebagai alat untuk memfasilitasi perubahan bisnis, transformasi dan pertumbuhan Praktik terbaik ITIL saat ini adalah dalam mericnci lima hal inti yang menyediakan pendekatan yang sistematis dan profesional untuk pengelolaan layanan IT, memungkinkan perusahaan untuk memberikan layanan yang tepat dan secara terus-menerus memastikan bahwa perusahaan memenuhi tujuan bisnis dan memberikan manfaat ke pelanggannya.
Lima panduan inti memetakan
seluruh ITIL Service Lifecycle , dimulai dengan identifikasi kebutuhan dan
driver persyaratan TI pelanggan, melalui desain dan implementasi layanan ke
dalam operasi dan akhirnya , pada pemantauan dan fase perbaikan layanan.
Mengadopsi ITIL dapat dalam
sebuah perusahaan dapat memberikan manfaat, antara lain:
·
Peningkatan layanan IT
·
Mengurangi biaya
·
Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui
pendekatan yang lebih profesional untuk pelayanan
·
Peningkatan produktivitas
·
Peningkatan skills dan memperkaya pengalaman
Dikutip dari http://www.saigonctt.com.vn/uploads/Trainings/itsm-v3.gif
Gambar 3.1 Siklus ITIL Framework Seperti yang telah dijabarkan di atas, ada
lima bagian inti yang dijabarkan dalam siklus hidup ITIL Framework, yaitu:
1.
Service Strategy
2.
Service Design
3.
Service Transition
4.
Service Operation
5.
Continual Service Improvement
Service Strategy
Inti dari ITIL Service
Lifecycle adalah Service Strategy.
Service Strategy memberikan panduan kepada pengimplementasi ITSM pada bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi (dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan TI), tapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan. Panduan ini disajikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar dari konsep ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti yang beroperasi di keseluruhan tahapan ITIL Service Lifecycle.
Topik-topik yang dibahas dalam tahapan lifecycle ini mencakup pembentukan pasar untuk menjual layanan, tipe-tipe dan karakteristik penyedia layanan internal maupun eksternal, aset-aset layanan, konsep portofolio layanan serta strategi implementasi keseluruhan ITIL Service Lifecycle. Proses-proses yang dicakup dalam Service Strategy, di samping topik-topik di atas adalah:
Service Strategy memberikan panduan kepada pengimplementasi ITSM pada bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi (dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan TI), tapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan. Panduan ini disajikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar dari konsep ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti yang beroperasi di keseluruhan tahapan ITIL Service Lifecycle.
Topik-topik yang dibahas dalam tahapan lifecycle ini mencakup pembentukan pasar untuk menjual layanan, tipe-tipe dan karakteristik penyedia layanan internal maupun eksternal, aset-aset layanan, konsep portofolio layanan serta strategi implementasi keseluruhan ITIL Service Lifecycle. Proses-proses yang dicakup dalam Service Strategy, di samping topik-topik di atas adalah:
1.
Service Portfolio Management
2.
Financial Management
3.
Demand
Management
Bagi organisasi TI yang
baru akan mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan
untuk menentukan tujuan/sasaran serta ekspektasi nilai kinerja dalam mengelola
layanan TI serta untuk mengidentifikasi, memilih serta memprioritaskan berbagai
rencana perbaikan operasional maupun organisasional di dalam organisasi TI.
Bagi organisasi TI yang saat ini telah mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk melakukan review strategis bagi semua proses dan perangkat (roles, responsibilities, teknologi pendukung, dll) ITSM di organisasinya, serta untuk meningkatkan kapabilitas dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut.
Service Design Agar layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis, layanan-layanan TI tersebut harus terlebih dahulu di desain dengan acuan tujuan bisnis dari pelanggan. Service Design memberikan panduan kepada organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun implementasi ITSM itu sendiri. Service Design berisi prinsip-prinsip dan metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya. Ruang lingkup Service Design tidak hanya untuk mendesain layanan TI baru, namun juga proses-proses perubahan maupun peningkatan kualitas layanan, kontinyuitas layanan maupun kinerja dari layanan.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu:
Bagi organisasi TI yang saat ini telah mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk melakukan review strategis bagi semua proses dan perangkat (roles, responsibilities, teknologi pendukung, dll) ITSM di organisasinya, serta untuk meningkatkan kapabilitas dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut.
Service Design Agar layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis, layanan-layanan TI tersebut harus terlebih dahulu di desain dengan acuan tujuan bisnis dari pelanggan. Service Design memberikan panduan kepada organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun implementasi ITSM itu sendiri. Service Design berisi prinsip-prinsip dan metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya. Ruang lingkup Service Design tidak hanya untuk mendesain layanan TI baru, namun juga proses-proses perubahan maupun peningkatan kualitas layanan, kontinyuitas layanan maupun kinerja dari layanan.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu:
1.
Service Catalog Management
2.
Service Level Management
3.
Supplier Management
4.
Capacity Management
5.
Availability Management
6.
IT Service Continuity Management
7.
Information Security Management
Service Transition
Service Transition
menyediakan panduan kepada organisasi TI untuk dapat mengembangkan serta
kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan
TI yang diubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan
lifecycle ini memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan
dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya
secara efektif direalisasikan dalam Service Operation.
Service Operation
Service Operation merupakan
tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan
layanan-layanan TI. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana
mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja
yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini
mencakup bagaiman menjaga kestabilan operasional layanan TI serta pengelolaan
perubahan desain, skala, ruang lingkup serta target kinerja layanan TI.
Continual Service Improvement
Continual Service
Improvement (CSI) memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara
kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI
mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah
satunya adalah Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality
Cycle.
ITAF didesain dan
diciptakan oleh ISACA, ITAF sendiri adalah Sebuah
Framework Praktek Profesional Audit / jaminan SI yang telah
pada 3rd Edition. Bertujuan sebagai sumber daya pendidikan untuk para
profesional yang bekerja pada bidang audit/ jaminan SI .
Pengenalan ITAF
ITAF adalah model
referensi yang komprehensif dan baik penerapannya karena sbb: Menetapkan
standar audit dan jaminan peran dan tanggung jawab profesional SI ;
pengetahuan dan keterampilan; dan ketekunan, perilaku. Mendefinisikan istilah
dan konsep spesifik untuk jaminan SI Memberikan bimbingan dan alat-alat dan
teknik pada perencanaan, desain, pelaksanaan dan pelaporan SI audit dan jaminan
tugas
ITAF difokuskan
pada materi ISACA dan menyediakan satu sumber di mana audit dan
jaminan SI profesional dapat mencari bimbingan, penelitian kebijakan dan
prosedur, mendapatkan program audit dan jaminan, dan mengembangkan laporan yang
efektif.
ITAF 2nd Edition
dimasukkan dalam pedoman audit dan jaminan ISACA pada 1 November 2013,
sedangkan 3rd Edition sendiri dimasukan pada 1 September 2014 yang akan
dipakai sebagai pedoman baru dan akan di index didalam framework
ITAF merupakan
produk dari Information System Audit and Control Association (ISACA) yang
menyediakan sebuah kerangka tunggal yang berisi standar, pedoman (Guidelines)
dan teknik dalam melaksanakan audit dan assurance termasuk di dalamnya
perencanaan, lingkup audit, pelaksanaan dan pelaporan audit dan jasa assurance
TI. ITAF terbagi menjadi tiga bagian seperti terlihat dalam gambar
diatas yaitu:
Standar dikelompokkan
menjadi standar umum, standar kinerja dan standar pelaporan. Standar
digambarkan di gambar 1 dengan warna putih, artinya standar tersebut harus
dilaksanakan (mandatory), bila ada penyimpangan atas standar harus diungkapkan
penyebab dan konsekuensinya terhadap pelaksanaan audit.
Pedoman dikelompokkan
menjadi empat bagian dan digambarkan dengan warna abu-abu. Ini berarti pedoman
tersebut tidak bersifat mandatory atau tidak bersifat keharusan, namun sangat
direkomendasikan penggunaannya. Auditor harus mampu membuktikan adanya
penyimpangan TI dengan metode pengumpulan bukti menurut pedoman ini.
Alat dan Teknik Audit, menyediakan infromasi spesifik
mengenai metode, alat dan template dan juga menyediakan petunjuk penerapan
dalam aktivitas audit. Khusus untuk alat dan teknik audit SI ini, bentuk dari
kerangka ITAF berasal dari dokumen lain publikasi ISACA baik berupa buku,
jurnal, petunjuk teknis dan sebagainya.
Perbandingan Framework
CMMI
|
ITIL
|
ITAF
|
Bertujuan dalam mengingkatkan kerja.
|
Bertujuan untuk memberikan layanan Teknologi Informasi.
|
Bertujuan untuk sebagai sumber daya Pendidikan bagi pekerja Dibidang audit.
|
Dari ke-3 framework Capability
Maturity Model Integration (CMMI), Information Technology Infrastructure Library(ITIL)
dan ITAF
dapat disimpulkan bahwa terutama pada framework CMMI mempunyai tujuan yaitu membantu
meningkatkan proses kinerja organisasi, ITIL mempunyai tujuan yaitu memberikan layanan
Teknologi informasi dan ITAF mempunyai tujuan yaitu memberikan sumber daya pendidikan
bagi pekerja dibidang Audit, sehingga dapat disimpulkan dari framework tersebut
mempunyai unsur pentingnya sendiri, jika dibandingkan dari ke-3 framework ini
alalah pertama dari segi ekonomi, CMMI karena menggunakan adanya sebuah kuisioner
jadi proses memakan banyaknya biaya, pada ITIL juga akan terkena biaya yang
cukup besar, karena framework ini berhubungan dangan sebuah teknologi, dan ITAF
tidak memerlukan biaya yang cukup besar karena framework ini hanya memberikan
pelayana pendidikannya. Kemudian dari segi progressnya yaitu pada Framework ini
sama sama mempunyai sebuah metode untuk melaksanakan tugasnya sehingga dapat
terselesaikan.
Contoh kasus :
(FRAMEWORK ITIL)
(FRAMEWORK ITIL)
PT. Tridas Widiantara adalah sebuah perusahaaan yang bergerak di bidang
IT. Namun, sebagai perusahaan yang berkembang perusahaan ini masih memiliki
masalah yaitu manajemen perusahaan hampir tidak pernah melakukan pencatatan
laporan aktivitas perusahaan seperti progress repor. proyek dan final report
proyek. Pelayanan yang dilakukan terhadap para client pun masih belum optimal,
bahkan dapat dikatakan masih minim. Dalam menjalin hubungan dengan client
kadang-kadang terjadi salah komunikasi dan pengertian sehingga menyebabkan
incident tidak dapat ditangani dengan tepat dan segera sesuai dengan harapan
client. Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan oleh Infitharina (2007) dalam karangan
skripsi-nya yang berjudul “Penerapan Information Technology Infrastructure
Library Framework Pada Sistem Manajemen Service Desk (Studi Kasus: PT Tridas
Widiantara)”, Infitharina menyimpulkan bahwa perlu diterapkan sistem manajemen
service desk yang dapat membantu perusahaan Tridas Widiantara untuk
meningkatkan kualitas pelayanan IT terhadap client, dengan beberapa catatan,
antara lain:
·
Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan
metode SDLC
·
Pengembangan sistem ini dilakukan dalam enam
tahap yang berurutan, dari mulai analisis sistem sampai pada operasionalisasi
dan pemeliharaan sistem.
·
Analisis Sistem Pada tahap ini dilakukan
analisis terhadap sistem yang akan dikembangkan berdasar pada hasil rumusan
masalah yang terjadi di perusahaan. Dalam manajemen pelayanan IT perusahaan,
masalah-masalah yang paling sering muncul adalah sulitnya pencatatan
keluhan-keluhan atau pertanyaan-pertanyaan dari client yang masuk
penyampaian penyelesaian masalah yang diberikan kepada client selama ini kurang efektif dan efisien komunikasi dalam pelayanan terhadap client kurang lancar
penyampaian penyelesaian masalah yang diberikan kepada client selama ini kurang efektif dan efisien komunikasi dalam pelayanan terhadap client kurang lancar
·
Client menghendaki pelayanan yang optimal.
Referensi :
http://auditsi10.blogspot.com/2015/06/itaf-information-technology-assurance.html (Diakses pada tanggal 30/12/2018 jam 21:30 WIB)
http://sisteminformasi.blog.binusian.org/2014/03/30/evaluasi-penerapan-itil-pada-sistem-manajemen-service-deck/ ( Diakses pada tanggal 30/12/2018 jam 21:30 WIB)
https://ivanhalim110.wordpress.com/2016/10/03/cmmi-capability-maturity-model-integration/ (Diakses pada tanggal 29/11/2018 pada jam 12:30 WIB)
ANALISIS :
Pada hal utama yang harus
diketahui ITIL merupakan sebuah framework yang digunakan untuk sebagai suatu pelayanan teknologi informasi khususnya dibidang indrusti, swasta dan pemerintahan sehingga framework ini befokus pada suatu teknologi yang ada PT. Tridas Widiantara yaitu yang bergerak pada bidang TI.
Kemudian
untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukannya sebuah sistem manajemen
service desk yang dapat mempermudah perusahaan dalam menangani dan mengolah
data laporan incident dari client. Selain itu sistem juga harus dapat mengelompokkan
masalah, melakukan penunjukan personal untuk menangani masalah, memberikan
informasi status dari suatu masalah, dan melakukan dokumentasi masalah yang
sudah terselesaikan.
Setelah
itu analisis bahawa pengguna sistem dibagi menjadi empat, yaitu client,
operator, tim support(engineer), dan administrator. Dimana Client adalah pihak
perusahaan yang menjadi client PT. Tridas Widiantara. Pada sistem ini, client
dapat membuat, meng-update, atau menutup call ticket. Tim support bertugas
menyelesaikan dan menjawab persoalan tingkat lanjut yang diajukan oleh client
dan tidak dapat ditangani langsung oleh operator. Administrator bertugas
mengelola segala hal teknis yang berkaitan dengan sistem, seperti data
pengguna, data produk, dan data perusahaan client. Selain operator, keberadaan
tim support tetap dibutuhkan untuk memberikan solusi kepada client. Tingkat
pengetahuan dan pengalaman tim support yang lebih tinggi dibutuhkan untuk
memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan client yang tidak dapat
diselesaikan oleh operator.
Komentar
Posting Komentar