Project Management Professional(PMP framework)
AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI
DOSEN : QOMARIYAH
TEMA : MENJELASKAN FRAMEWORK PMP
Project Management Professional (PMP)
Sejarah PMP
Manajemen
Proyek dikembangkan dari beberapa bidang aplikasi termasuk didalamnya
konstruksi sipil, teknik rekayasa, dan juga aktivitas di bidang HANKAM
(pertahanan-keamanan). Manajemen Proyek telah diterapkan dari awal perabadan
manusia. Di antaranya misalnya Vitruvius (1 abad SM), Christopher Wren
(1632-1723), Thomas Telford (1757-1834) dan Isambard Kingdom Brunel
(1806-1859).
Kemudian
baru pada tahun 1900 an Manajemen Proyek dengan proses sistematiknya diterapkan
pada proyek rekayasa yang kompleks. Dua tokoh yang fenomenal dari manajemen
proyek. Adalah Henry Gantt, disebut ayah dari teknik perencanaan dan
kontrol , yang terkenal dengan penggunaan tentang Gantt chart sebagai alat
manajemen proyek;. dan kemudian Henri Fayol untuk ciptaan-Nya dari 5 fungsi
manajemen yang membentuk dasar dari tubuh pengetahuan yang terkait dengan
proyek dan manajemen program. Gantt dan Fayol, keduanya adalah mahasiswa
Frederick Winslow Taylor untuk memperdalam teori manajemen ilmiah. Karyanya
adalah pelopor alat manajemen proyek modern termasuk rincian struktur kerja
(WBS - Work Breakdown Structure) dan alokasi sumber daya.
Tahun
1950 menandai awal era Manajemen Proyek modern datang bersama-sama dengan
bidang Rekayasa Teknis (Enjinering) sebagai satu kesatuan. Manajemen proyek
menjadi dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang berbeda yang timbul dari
disiplin ilmu manajemen dengan model rekayasa Di Amerika Serikat . Sebelum
tahun 1950-an secara garis besar, proyek dikelola dengan menggunakan Grafik
Gantt, sebagai suatu alat dan teknik informal. Pada saat itu, dua model
penjadwalan proyek dengan model matematis sedang dikembangkan. Yang pertama
adalah Metode Jalur Kritis (CPM - Critical Path Method) yang dikembangkan pada suatu
proyek sebagai usaha patungan antara DuPont Corporation dan Remington Rand
Corporation untuk mengelola proyek-proyek pemeliharaan tanaman. Dan yang kedua
adalah "Evaluasi Program dan Tinjauan Teknik" (atau PERT - Program
Evaluation and Review Technique), dikembangkan oleh Booz Allen Hamilton sebagai
bagian dari Angkatan Laut Amerika Serikat (dalam hubungannya dengan Lockheed
Corporation) dalam pengembangan Program rudal kapal selam Polaris; Perhitungan
teknik matematis ini kemudian cepat menyebar ke perusahaan-perusahaan swasta
untuk diterapkan. Dalam waktu yang sama, model penjadwalan-proyek juga sedang
dikembangkan, teknik menghitung biaya proyek, manajemen biaya, dan ekonomi
teknik terus berkembang, dengan kepeloporannya oleh Hans Lang dan lain-lain.
Pada
tahun 1956, American Association of Cost Engineers (AACE), yang sekarang
disebut AACE Internasional; Asosiasi Internasional untuk ahli Teknik Biaya yang
pada awalnya dibentuk oleh praktisi manajemen proyek dan spesialisasi terkait
dengan perencanaan dan penjadwalan, perkiraan biaya , dan pengenadalian jadwal
proyek (Pengendali Proyek - Project Control). AACE terus bekerja sebagai
perintis dan pada tahun 2006 pertama kali merilis proses yang terintegrasi
untuk manajemen portofolio, program dan proyek (Total Cost Management
Framework). AACE meneawarkan beberapa sertifikasi seperti CCE, PSP dan lain
sebagainya.
Pada
tahun 1967, International Project Management Association (IPMA) didirikan di
Eropa, sebagai sebuah federasi dari beberapa asosiasi manajemen proyek
nasional. IPMA memelihara struktur federal hari ini dan sekarang termasuk
asosiasi anggota pada setiap benua kecuali Antartika. IPMA menawarkan
Sertifikasi Tingkat Empat program yang berdasarkan Baseline IPMA Kompetensi
(ICB). ICB ini mencakup kompetensi teknis, kompetensi kontekstual, dan
kompetensi perilaku. Kemudian Pada tahun 1969, Project Management Institute (PMI)
dibentuk di Amerika Serikat.PMI menerbitkan buku Panduan yang sering disebut
dengan PMBOK Guide
(Project Management Body of
Knowledge Guide), yang menggambarkan praktek manajemen
proyek yang umum untuk "hampir semua proyek dan hampir semua waktu".
PMI juga menawarkan beberapa sertifikasi seperti PMP, CAMP dan lain sebagainya.
Di
Indonesia sendiri Manajemen Proyek berkembang pada era tahun 1970-1990 an
diawali dengan semakin banyaknya berkembang proyek-proyek infrastruktur yang
banyak memerlukan profesional di bidang Manajemen Proyek. Salah satunya yang
berdiri pertama kali adalah Project Management Institut Chapter Jakarta (yan
sekarang disebut PMI - Indonesia). PMI Indonesia didirikan pada tahun 1996 dan
merupakan organisasi yang didedikasikan untuk meningkatkan, konsolidasi dan
penyaluran manajemen proyek Indonesia dan bekerja untuk pengembangan
pengetahuan dan keahlian untuk kepentingan semua stakeholder.
Organisasi ini adalah salah satu cabang dari Project Management Institute
(PMI), sebuah organisasi, nirlaba profesional di seluruh dunia terkemuka.
Teori PMP
PMP adalah sertifikasi yang dikeluarkan oleh Project Management Institute,
sebuah lembaga independent yang berada di Pennsylvania, Amerika Serikat. Orang
yang memiliki sertifikat ini dianggap telah berhasil membuktikan bahwa dirinya
layak memimpin dan mengatur satu tim dalam sebuah proyek. Sertifikat PMP diakui
secara luas di dunia industri, tidak hanya terbatas pada dunia IT saja. Namun,
para pelaku dunia IT juga kerap menganggap bahwa PMP termasuk sertifikat yang
harus dimiliki, mengingat pekerjaan di dunia IT kerap di kerjakan secara tim
bukan individual. Sehingga kemampuan seseorang dalam memimpin sebuah tim
pastilah sangat penting. Untuk mendapatkan sertifikat ini, Anda harus melewati
satu ujian dan menjawab sekitar 200 buah pertanyaan, dengan biaya berkisar
antara 3,5 juta rupiah (250 US$) hingga 8,3 juta rupiah (600 US$). Masa berlaku
sertifikat adalah 3 tahun.
Sertifikasi Project
Management Professional (PMP)® merupakan salah satu sertifikasi
professional yang dibutuhkan oleh para manajer proyek (Project Managers).
Tanggung jawab utama seorang manajer proyek adalah memastikan proyek dapat
selesai sesuai dengan waktu dan anggaran yang dicanangkan, sesuai dengan
kebutuhan klien, dengan tetap memperhatikan kesejahteraan tim. Untuk
itulah Project Management Institute (PMI)® menawarkan
sertifikasi Project Management Professional (PMP)®, agar
dapat memperlengkapi para manajer proyek dalam menjalankan tugas – tugas secara
profesional.
Melalui
pelatihan ini, peserta akan dibekali dengan pemahaman mengelola proyek
berdasarkan Project Management Body of Knowledge (PMBOK)
yang terbaru. Selain itu peserta juga akan dibekali dengan strategi dan kiat –
kiat untuk menyelesaikan ujian sertifikasi PMP.
Tujuan
Melalui pelatihan ini, peserta
diharapkan dapat:
- Menerapkan konsep dan terminologi
manajemen proyek
- Menerapkan standar internasional
manajemen proyek pada kasus nyata yang dialami sehari-hari
- Memberikan solusi yang lebih
cepat dan tepat kepada klien dan memastikan terjadinya komunikasi yang terbuka
antara pemangku kepentingan (stakeholders) dan tim pengembang
- Memimpin dan memotivasi tim untuk
bekerja lebih baik
- Meminimalisasi resiko
- Menyelesaikan ujian sertifikasi
(PMP)® dengan hasil yang baik
Untuk bisa mengikuti ujian PMP, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
- Persyaratan
Pengalaman: Minimal harus memiliki 4500 jam pengalaman di Project
Management untuk S1, dan 7500 jam pengalaman untuk D3.
- Persyaratan
Pendidikan: Harus memiliki 35 jam pendidikan di Project Management. Untuk
mendapatkan syarat ini, bisa mengikuti Training PMP yang diadakan oleh
lembaga-lembaga training sertifikasi (classroom) atau melalui internet/
online.
Lantas,
mengapa menjadi seorang PM harus memiliki sertifikat PMP®?
Sertifikat PMP® telah diakui sebagai “gold
standard” dalam sertifikat project management. Badan-badan
pemerintah dunia, perusahaan nasional dan multi-nasional, sampai organisasi
non-profit di banyak negara percaya dengan memperkerjakan project manager yang
memiliki sertifikat PMP. Hal tersebut karena kualifikasi mereka dianggap dapat
meningkatkan tingkat keberhasilan proyek.
Karena sudah diakui dan oleh semua institusi global dan
lokal, secara otomatis Project Manager yang telah memegang
sertifikat PMP® dapat menikmati kesempatan karir yang lebih luas dan pendapatan
yang lebih besar.
Project
manager Professional (PMI)
Project
Management Professional (PMP) adalah salah satu dari sertifikasi profesional di
bidang manajemen proyek yang disponsori oleh Project Management Intitute (PMI)
yang berbasis di USA. Hingga saat ini PMI mengeluarkan 5 sertifikasi manajemen
proyek, yaitu:
·
Certified Associate in
Project Management, CAPM
·
Project Management
Professional, PMP
·
Program Management
Professional, PgMP
·
PMI Risk Management
Professional, PMI-RMP
·
PMI Scheduling
Professional, PMI-SP
Hingga
saat ini PMP masih merupakan sertifikasi yang paling populer dari sertifikasi
lainnya di bawah PMI.Sertifikasi keahlian manajemen proyek dilaksanakan oleh
berbagai bebagai organisasi profesi nasional maupun global. Di Indonesia,
sertifikasi keahlian manajemen proyek dilaksanakan oleh Ikatan Ahli Manajemen
Proyek Indonesia (IAMPI). Di
Amerika Serikat, dan berlangsung secara global, diselenggarakan oleh Project
Management Institute (PMI), di Australia ada AIPM, di Inggris ada IPM, serta
organisasi profesi di berbagai negara.
Sertifikasi
PMI Sertifikasi yang diselenggarakan oleh Project Management Institute (PMI)
dinamakan Project Management Professional (PMP) Certification, didasarkan pada
standar proses pengelolaan proyek, sesuai dengan Project Management Body of
Knowledge (PMBOK®) yang dipublikasikan oleh PMI. Dari catatan diketahui
bahwa sejak tahun 1984 sertifikasi PMP merupakan sertifikasi yang paling banyak
diikuti secara global dibanding dengan sertifikasi yang lainnya. Sertifikat PMP
merupakan sertifikat yang telah diakui secara global, pemegangnya didorong
untuk tetap aktif dalam kegiatan manajemen proyek dengan memenuhi beberapa
ketentuan sesuai PMI’s Continuing Certification Requirements (CCRs)
Dengan
sistem ini hanya mereka yang masih aktif sertifikatnya yang boleh menyatakan
dirinya sebagai Project Management Professional (PMP). Untuk mendapatkan
sertifikat PMP, seseorang tidak perlu menjadi anggota PMI.
Persyaratan
Minimum untuk mendapatkan sertifikat PMP:
·
Pendidikan formal: paling
rendah tamatan sekolah lanjutan atas,
·
Pengalaman tentang
manajemen proyek Bagi yang berpendidikan sarjana S1, berpengalaman 36 bulan dan
4.500 jam berkaitan dengan manajemen proyek pada 8 tahun terakhir.
Bagi
yang berpendidikan sekolah lanjutan atas, berpengalaman 60 bulan dan 7.500 jam
berkaitan dengan manajemen proyek pada 8 tahun terakhir
·
Pendidikan formal
manajemen proyek sekurang-kurangnya berlangsung selama 35 jam
·
Etika: mengikuti etika
sesuai dengan Code of Etichs and Professional Conduct yang ditetapkan PMI
·
Lulus ujian PMP yang
diselenggarakan oleh PMI
Ujian
PMP dirancang untuk menilai dan mengukur pengetahuan tentang manajemen proyek.
Konsep dalam ujian PMP didasarkan pada Project Management Body of Knowledge
(PMBOK®) Guide. PMBOK® Guide ini telah merupakan standar yang telah dikenal
secara global (IEEE Stda 1490-2003) yang di dalamnya diuraikan tentang
dasar-dasar manajemen proyek serta penggunaanya di berbagai macam industri. Ujian diselenggarakan
dalam dua cara dengan computer based testing (CBT) dan juga ujian menggunakan
kertas yang diawasi. Di Jakarta, diselenggarakan melalui CBT. Secara ringkas
struktur ujian dan minimum syarat kelulusan adalah sebagai berikut:
·
Dalam ujian PMP terdapat
200 pertanyaan pilihan ganda,
·
Di antara 200 pertanyaan
tersebut, terdapat 25 pertanyaan yang disusun acak dan tidak diperhitungkan
untuk penentuan lulus/tidak lulus,
·
Untuk menyelesaikan ujian
ini tersedia waktu selama 4 jam,
·
Untuk dapat lulus,
diperkirakan paling tidak 61% pertanyaan harus dijawab dengan benar, jadi
sekitar 106 dari 175 pertanyaan.
Ujian
PMP meliputi sembilan PMBOK® Knowledge Areas sebagai berkut:
·
Project Integration
Management
·
Project Scope Management
·
Project Time Management
·
Project Cost Management
·
Project Quality
Management
·
Project Human Resource
Management
·
Project Communications
Management
·
Project Risk Management
·
Project Procurement
Management
Dalam
ujian PMP diuji juga pengetahuan tentang Project Management Framework dan
Professional Responsibility. Sembilan PMBOK® Knowledge Areas meliputi 42 proses
yang tergabung dalam lima process groups. Kelima process groups dasar ini,
biayanya ditemukan dalam semua proyek, adalah seperti berikut ini dengan
perkiraan jumlah persen pertanyaan dalam ujian PMP: 1. Initiating (11%) 2.
Planning (23%) 3. Executing (27%) 4. Controlling and Monitoring (21%) 5.
Closing (9%) Sebagai tambahan terdapat sekitar 9% pertanyaan yang berkaitan
dengan Professional and Social Responsibility Project Management Institute
(PMI)
Contoh Kasus :
Implementasi Manajemen Risiko Berdasarkan PMBOK Untuk
Mencegah Keterlambatan Proyek Area Jawa Timur (Studi Kasus: PT. Telkom)
PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk sedang melakukan proyek pembaruaninfrastrukturnya.
Pada tahun 2015, terjadi peningkatan jumlah proyek yang sangat signifikan yang
dikelolah oleh Telkom Jawa Timur yaitu mencapai angka 105 proyek. Dalam studi
kasus yang akan diteliti, yaitu daerah proyek pembangunan Jawa Timur khusus
kepada proyek OSP yaitu modernisasi perangkat RK. Berdasarkan data yang
diperoleh dua tahun terakhir (2014-2015) terdapat 17 proyek modernisasi (929
node), dan 45% yang dikelola mengalami keterlambatan waktu penyelesaian.
Saat
ini belum diterapkan manajemen risiko
yang spesifik, yang dilakukan baru sebatas identifikasi penyebab keterlambatan.
Oleh karena itu sesuai dengan tujuan penelitian akan diidentifikasi risiko penyebab
keterlambatan proyek dengann menggunakan pendekatan manajemen risiko proyek
mengacu pada standar Project Management Body of Knowledge(PMBOK) yang
dipopulerkan oleh Project Management Institute(PMI). Adapun kelebihan yang
menjadi alasan dipilihnya PMBOK yaitu merupakan praktek terbaik berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan secara luas yang dibuat dalam bentuk frameworkyang
fokus pada disiplin manajemen proyek sehingga penerapan yang benar dari metode
manajemen yang disarankan ini akan memberi peluang lebih besar untuk mencapai
sukses pada proyek di berbagai Jurnal Studi Manajemen Dan Bisnis Vol 4 No. 2
Tahun 2017 98 sektor pekerjaan. Setelah identifikasi akan dibuatkan prioritas
risiko dan usulan mitigasinya.
Daftar Referensi :
https://www.slideshare.net/triyulianto182/18489-project-manager-professional-pmi (Diakses pada tanggal
14/1/2019 Jam 10:00 WIB)
https://www.qerja.com/journal/view/352-5-sertifikat-penting-untuk-sukses-di-bidang-it (Diakses pada tanggal
14/1/2019 jam 10:00 WIB)
https://magnaqm.com/project-management-articles/apa-itu-sertifikat-pmp/ (Diakses pada tanggal 14/1/2019 jam 10:05 WIB)
http://adikristanto.net/pengalaman-mengambil-sertifikasi-pmp/
((Diakses pada tanggal 14/1/2019 jam 10:20 WIB)
http://pusilkom.ui.ac.id/?p=2368
(Diakses pada tanggal 14/1/2019 jam 10:15 WIB)
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_proyek
(Diakses pada tanggal 15/1/2019 jam 20:00 WIB)
http://journal.trunojoyo.ac.id/jsmb/article/view/3959
(Diakses pada tanggal 15/1/2019 jam 21:00 WIB)
Analisis :
Berdasarkan
sesuai aktivitas yang dikerjakan oleh operasional proyek
terdapat 4 proses pada pelaksanaan proyek yaitu proses preparing, proses
delivery, proses instalasi & integrasi, dan terakhir yaitu closing. Lakukan proses tersebut secara tersusun agar tidak
terjadi kesalahan. Yang terpenting adalah karena akan menentukan manajemen
resikonya, Selanjutnya
dilakukan brainstorming dan diskusi dengan Manager Integrasi & Migrasi
serta dengan staff yang sudah berkecimpung di proyek selama lebih dari sepuluh
tahun guna nantinya agar mengurangi keterlambatan resiko
pada suatu proyek.
Selanjutnya Berdasarkan hasil
pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain: Untuk menentukan
prioritas dan langkah mitigasinya diterapkan langkah-langkah yang terdapat pada
PMBOK yaitu kita menggunakan sebuah praktik yang terbaik
serta pengalaman yang luas. Sehingga nantinya terdapat sebuah proses kinerja yang
baik dan benar dalam menjalankan metode manajemennya. Disitulah juga terdapat peluang
yang besar dalam mencapai sebuah proyek dengan metode manajemen.
Analisis
dilakukan dengan bantuan metode FMEA dan juga diagram pareto. Langkah yang
dilakukan yaitu menetapkan nilai severity, occurrence, detection untuk
memperoleh nilai RPNnya. Nilai inilah yang akan dijadikan untuk penentuan
risiko yang akan dijadikan prioritas untuk dimitigasi. Diperoleh 8 risiko yang
berdampak besar menyebabkan keterlambatan proyek modernisasi perangkat RK.
Pertanyaan :
Kenapa ITAF
tidak diperuntukkan untuk bidang bisnis(mesin)?
Karena ITAF difokuskan pada
materi ISACA dan menyediakan satu sumber di mana audit
dan jaminan SI profesional dapat mencari bimbingan, penelitian kebijakan dan
prosedur, mendapatkan program audit dan jaminan, dan mengembangkan laporan yang
efektif.
Dan tujuan utamanya
adalah sebagai media sumber daya pendidikan, sehingga framework ini tidak menunjukkan
pada bagian mesin melainkan sumber daya manusia yang diberikan layanannya. Pada
intinya framework ini bekerja dibidang pada sumber daya manusia dan bukan
sebagai suatu alat teknologi.
Komentar
Posting Komentar